Selasa, 28 Juli 2015

Gunung Andong, 4-5 Juli 2015 (Part 2)

Kumpul di Balai RW 10 Taman
Pukul 10.30 kami berempat sudah berkumpul di Balai RW 10 Taman untuk melakukan persiapan, cek barang, dan lain-lain. Sembari menunggu Aldo dan Rada yang sedang bersiap-siap dirumahnya, kami berfoto-foto dulu. Seperti rencana sebelumnya kami menyiapkan 3 kamera untuk perjalanan ini. Yap karena dokumentasi penting, nggak mau perjalanan ini terlewat begitu saja tanpa dokumentasi. 

Pukul 11.20 kami berangkat ke rumah Aldo. Saat itu kami menunggu setengah jam karena Aldo belum siap. 

Sekitar Pukul 12.00 tepat kami baru bisa berangkat menuju rumah Rada. Sampai dirumah Rada kami mengecek kembali barang-barang yang kami bawa, dan mengatur posisi boncengan. Kami berangkat dengan formasi Ardyan-Rada, Aku-Aldo, dan Wawan-Puput. Jadi total 6 orang (3 motor). Beranjak dari rumah Rada kami masih mampir di Pom Bensin Jl Magelang setelah terminal Jombor, setelah itu barulah kami berangkat menuju Gunung Andong di daerah Sawit, Ngablak, Magelang. 

Dua jam perjalanan kami sampai di daerah Grabag Magelang dan memutuskan untuk istirahat sejenak di sebuah warung (sekitar 15 menit lamanya) dan kembali melanjutkan perjalanan. Sepuluh menit berjalan kami mulai bertemu dengan jalan menanjak (Jalan Magelang-Kopeng) dan jalan turunan berkelok-kelok (Jalan Kopeng-Salatiga).  

Kami sempat bingung untuk mencapai basecamp sawit karena Ardyan dan Aldo lupa jalannya, padahal di depan sudah nampak Gunung Andong. Tapi setelah kami tanya warga sampai 4x barulah kami sampai di Basecamp Sawit itu. Pukul 15.10 kami sampai dan langsung bersiap-siap untuk mendaki. Waktu itu belum banyak para pendaki yang lain karena hari masih agak siang dan bertepatan dengan bulan puasa, jadi agak sepi. 

Basecamp Pendakian Gunung Andong Desa Sawit
Pukul 15.30 kami memulai pendakian. Beberapa meter berjalan, di kanan kiri kami nampak sawah dan ladang milik para petani penduduk setempat. Tanah disana sangat subur, banyak mata air disana. Lalu kami mulai menemui hutan pinus. Setelah satu jam perjalanan barulah kami bisa menghirup nafas segar karena hutan mulai terbuka. 

Canda tawa mengiringi langkah kaki kami sambil sesekali nafas kami tersengal-sengal. Kami berhenti di tengah jalan untuk minum dan beristirahat. Oiya ada teman kami, Rada yang berpuasa saat itu. Raut wajahnya tampak lelah tetapi dia tetap melanjutkan perjalanan. Kami dari awal ragu, tapi akhirnya dia bisa menyelesaikan 3/4 perjalanan ini dengan berpuasa.

Kami sudah menyelesaikan 3/4 perjalanan, sampai akhirnya Rada memutuskan untuk membatalkan puasanya. 
"Aku udah nggak kuat mas mau batal aja", katanya. Setelah itu kami beristirahat sejenak dan kembali melanjutkan perjalanan. 
"Puncak sudah dekat, semangat kawan", kata Aldo. Dia memang yang paling banyak bicara dan paling konyol waktu itu. Kami menyebutnya maskot perjalanan, Hahaha.
Tiba di Puncak Jiwa Gunung Andong
Tiba di Puncak Jiwa Gunung Andong
Pukul 16.50 kami sampai di Puncak Jiwa Gunung Andong. Disitu adalah camping ground paling baik dan nyaman di Gunung Andong. Karena di Puncak Makam dan Puncak tertinggi Andong terlalu sempit. 

Kami mulai mendirikan tenda sembari berfoto-foto karena saat itu matahari hampir tenggelam dan cuaca cerah sehingga sunset bisa terlihat jelas. 

Selepas enam petang, kami mulai merasakan dingin. Dan kami memutuskan untuk memasak air untuk menghangatkan diri dan popmie untuk sekedar mengisi perut.

Sunset From Andong Peak
Sunset From Andong Peak (In Frame: Geo)
Sunset From Andong Peak (In Frame: Aldo, Wawan, Geo, Rada, Richo)
Pukul 21.00 kami mulai merasakan dingin yang hebat ditambah badan yang capek dan membuat kami bergegas untuk tidur. Puput adalah orang yang pertama tidur, disusul Ardyan, lalu akhirnya semua terlelap.

Malam itu memang sangat dingin, karena suhu normal di dataran rendah saja sudah dingin apalagi di gunung. Aku adalah orang yang paling nggak bisa tidur waktu itu, dingin sekali. Aku nggak menolak ajakan Puput untuk keluar tenda menuju ke warung untuk beli air panas karena memang udah nggak tahan. (Ha? Dipuncak gunung ada warung?) Hahaha. Iya, di puncak gunung andong memang ada bapak-bapak yang membangun tenda semi permanen, dan disana tersedia makanan dan minuman, terlebih kopi dan popmie. 

Slurrrrppp, nikmatnya. Walaupun kaki tangan masih kaku tapi setidaknya badan / perut sudah mulai hangat. Aku Wawan dan Puput kembali ke tenda dengan membawa air panas satu botol. 
"Wis ayo gek turu meneh cah, ojo nganti kelewatan Sunrise", kataku.

Pukul 05.00 
"Tangi tangi tangi, sunrise, ayo gek tangi", kataku dan Puput sahut sahutan karena memang aku dan Puput yang paling semangat buat hunting sunrise saat itu.
"Iyoooo mengko tak susullll", jawab Aldo.
Halaaah ayo gek wis bareng-bareng wae", sahut Wawan.

Akhirnya Pukul 05.15 kami berenam dengan kaki tangan yang masih gemetaran dan wajah yang pucat berjalan menuju Puncak tertinggi Gunung Andong, tetapi sebelum sampai puncak kami menemukan spot untuk berfoto-foto. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti disitu, karena jalan ke puncak tertinggi juga cukup ramai.
Puncak tertinggi Andong dilihat dari Puncak Jiwa
(Sunrise, In Frame: Wawan, Richo / Photo by: Puput)
(Sunrise, In Frame: Rada / Photo by: Richo)
Sekitar pukul 06.45 kami baru selesai narsis dan berfoto-foto. Setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke tenda dan makan pagi. Waktu itu Aku nggak sarapan, cuma makan roti tawar aja. Rada membawa bekal sarden, dan yang lain membawa beras. Yang paling aku ingat saat masak nasi adalah Ardyan yang memasak sampai gosong dan membuat panciku menjadi hitam legam. Hahaha. 

"Yan ayo bagi tugas wae, kalian do masak aku karo puput tak bongkar tenda sisan beres-beres", kataku.
"Siaap", sahut Ardyan.
Waktu cepat berlalu, kebersamaan itu terasa sangat cepat hingga kami memutuskan untuk membongkar tenda dan bersiap untuk kembali turun dan pulang ke Jogja.

Gunung Sumbing, Sindoro, Prau dilihat dari Gunung Andong
Wefie di Puncak Gunung Andong
Bongkar Tenda
Pukul 08.35 kami turun ke basecamp. Rasa capek tak terasa karena sepanjang perjalanan turun kami melihat dengan jelas pemandangan yang indah, sawah-sawah dan ladang terlihat jelas dari puncak, Gunung Merbabu dan Merapi pun terlihat gagah dari Gunung Andong. Kami juga spontan mengeluarkan ocehan-ocehan yang kadang membuat sakit perut. Celoteh ala Aldo dan Ardyan yang konyol, dan kebersamaan dengan Wawan, Rada, dan Puput seakan membuat hari itu menjadi sangat istimewa dan tak ingin berakhir saat itu.

Di tengah perjalanan kami juga masih dibuat terpingkal-pingkal karena ulah Aldo yang kocak. Kami semua tertawa ketika Aldo yang dengan sengaja berlagak sombong dan ingin berlari kencang tapi terpeleset dan jatuh. Hahaha bukan berarti nggak mau nolong lho ya. Karena emang lucu aja sih posisi jatuhnya.

Satu jam perjalanan kami tempuh dari Puncak ke Basecamp, sampai di basecamp kami beristirahat, cuci kaki, cuci tangan, mandi, beres-beres lalu ambil motor dan pulang. Kami sempat mampir di Warung Makan Mie Ayam dan Bakso di dekat perbatasan Jogja Jateng sembari meregangkan otot-otot dan mata yang capek dan pegal di perjalanan. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan ke rumah dan pukul 12.00 kami tiba dirumah kami masing-masing.

Setiap perjalanan / pendakian pasti mempunyai kenangan yang nggak bisa dilupakan begitu saja. Teman baru, pengalaman baru, suasana baru yang membuat semangat. Ini kedua kalinya aku mendaki gunung setelah pada Maret lalu gagal ke puncak Merbabu. Terimakasih Tuhan atas perjalanan ini. Perjalanan hati, perjalanan alam yang membuat kita tahu betapa kecilnya kita di hadapan alam dan Tuhan. 

Dan ingat, jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak dan, jangan membunuh apapun kecuali waktu.

Sampai jumpa di Pendakian selanjutnya...

Perjalanan turun ke Basecamp
Menatap Merbabu, berharap esok bisa menginjakkan kaki di puncaknya
(In Frame: Rada, Geo, Wawan, Puput)
Salam dari kami dan Gunung Andong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar