Melelahkan dan menyenangkan. Mungkin dua kata
itu yang dapat mewakili perjalanan kali ini. Mendaki Gunung. Ya, hal yang sudah
aku impikan sejak lama akhirnya terlaksana juga. Sabtu – Minggu, 7 – 8 Maret
2015, pertama kalinya aku benar-benar mendaki gunung dengan persiapan yang agak
ribet. Memang baru kali ini sih mendaki gunung dengan tujuan mau ke puncaknya.
Singkat cerita, pada suatu hari, Rani rekan
kerjaku di warnet buroq bertanya padaku melalui bbm. Rani: “Mas Richo kira-kira
tgl 7 free nggak?
Richo: “Hari apa ya itu?” Rani: “Hari Sabtu
mas. Kalo mau dan berminat aja mas, Ayo ndaki gunung Merbabu”
Dalam pikiranku terbersit untuk
langsung menjawab, Ya. Eh sebentar tapi sama siapa? Sabtu Minggu free apa nggak ya? Dan
akhirnya aku memutuskan untuk ikut mendaki karena memang bener-bener free,
tidak ada kegiatan ngeles privat juga.
Persiapan
Hari Jumat sebelum hari H keberangkatan, kami
melakukan semacam technical meeting sebagai persiapan dan pembagian tugas.
Untuk ajang perkenalan juga karena kami masih belum kenal satu dengan yang
lain. Tapi sayang aku nggak bisa ikut karena ada jadwal ngeles privat di
Gamping.
Total kami yang berencana mendaki ada sepuluh. Rani, Siswi, Uut, Umi,
Rama,Wawan (dari UMY), Mudi, Lia, Dita (dari Akd.Tek.Kulit) dan aku dari UGM
sendiri. Awalnya agak canggung sih tapi cuek aja, nanti lama-lama juga kenal.
Ngampilan
- Magelang
Hari Sabtu pun tiba, rencana kami berangkat
pukul 13.00 dari kos Rani di daerah Ngampilan. Carier siap, motor siap, semua
siap, doa, dan berangkat. Pukul 12.00 tepat aku berangkat dari rumah menuju kos
Wawan di daerah Kuncen. Setelah itu langsung lanjut ke kos Rani. Disana sudah
ada Siswi, dan Umi. Dan formasi boncengan motor pun sudah diatur. Tapi yang
lain mana? Kok baru sedikit orang. Dan ternyata yang lain berangkat dari tempat
yang berbeda. Hahaha maklum karena aku nggak ikut TM jadi aku nggak tahu
rencana nya bakalan seperti apa.
Pukul 13.00 kami berangkat menuju Concat
tempat kami menyewa tenda dan perlengkapan lainnya, ternyata disanalah teman
yang lain menunggu. Setelah semua siap, pukul 15.00 kami berangkat. Cuaca yang
tidak bersahabat membuat perjalanan sedikit lambat. Bahkan sampai Magelang
hujan semakin deras saja. Tambah lagi angin yang kencang membuat motor agak
sedikit oleng dan seperti mau tergelincir saja. Di jalan kami sempat kaget
karena ada satu teman kami, Wawan yang sempat bersenggolan dengan motor lain
dijalan, tapi semua aman. Sampai Mungkid Rest Area, ban belakangku bocor.
Seperti tidak menyangka, karena setiap aku mau berpergian jauh selalu saja
seperti ini. Aku bingung, sementara saat itu rombongan teman yang lain sudah
jauh didepan, mungkin nggak tahu kalo banku bocor. Untung di seberang jalan ada
tambal ban.
Tanpa pikir panjang aku langsung kesana. Umi
(temenku yang aku boncengin) menunggu di seberang jalan karena keadaan yang
tidak memungkinkan untuk menyeberang. (Bawa tas carrier, tenda, hujan deras,
jalanan rame penuh truk tronton yang lewat). Saat aku balik ke tempat Umi
berteduh, disana sudah ada Rani, Wawan, dan Lia. Tampaknya mereka tahu kalo
banku bocor. Tapi 2 motor lain sudah jauh di depan dan katanya mereka menunggu
di dekat sebuah rumah makan di Mungkid Magelang. Oke, setelah semuanya beres
kami berangkat lagi. Sampai ke belokan jalan ke arah Ketep Pass kami mampir di
sebuah masjid untuk beribadah. Setelah itu mampir lagi di Warung Kupat Tahu
untuk makan malam sembari menunggu hujan reda. Pukul 19.30 baru kami berangkat menuju Selo Boyolali.
Perjalanan ke sana sangat menegangkan, karena
jalan licin dan gerimis serta tidak adanya lampu penerangan jalan membuat kami sangat
berhati-hati. Jalannya nanjak dan berkelok-kelok pula, Wow! Entah pukul berapa
kami berhenti di sebuah kantor polisi karena ada teman kami yang ingin buang air kecil.
Saking dinginnya saat itu, tangan pun kaku dan hampir beku. Susah cari toilet
ya terpaksa kantor polisi yang jadi sasaran.
Pasar
Selo Boyolali – Basecamp Pendakian
Perjalanan dari Pasar Selo ke Basecamp inilah
yang menurut saya paling menegangkan. Dalam hati aku berdoa Ya Tuhan semoga
semuanya baik-baik saja. Jalan sangat menanjak, sempit, posisi kami sudah capek
di jalan dan kedinginan, semua basah. Baru berapa meter menanjak, motor saya
terperosok ke selokan. Entah saat itu aku melamun atau apa karena ternyata aku
tergelincir batu yang berada di tengah jalan. Untung saja jatuhnya nggak ke
kanan, lha kalo ke kanan tamat sudah, jurang bro.
Perjalanan berlanjut, dan akhirnya kami
sampai ke gerbang bertuliskan Selamat Datang. Kami berhenti sejenak. Haaah,
legaaa. Eitttss tapi kok rombongan tinggal 4 motor, yang satu kemana? Rani dan
Siswi!? kemana mereka? Sudah beberapa menit juga kami menunggu tapi nggak
muncul-muncul juga. Sampai ada mobil lewat dan memberitahu kami semua bahwa ada
2 orang yang jatuh di bawah. Haaah? Rani? Cewek semua pak? Sahut salah seorang
teman kami. Iyaaa motornya Honda bukan matic. Oh benar itu Rani. Langsung aku
turun untuk menjemput dia dan membawakan barang-barangnya. Ah ternyata hanya jatuh
biasa, nggak lecet-lecet kok, Semangat Rani!! Setelah itu kami langsung menuju
parkiran untuk memarkir motor dan beristirahat sejenak sebelum pendakian. Saat
itu pukul 23.00, udara dingin menusuk tulang, cuaca gerimis rintik-rintik.
Tepat pukul 00.00 memasuki hari Minggu, kami
memulai pendakian. Sebelumnya kami menyambangi Basecamp untuk mendaftar. Karena
sudah terlalu malam jadi basecamp sudah tutup dan kami terpaksa mengetuk pintu
agak lama saat itu. Semua siap dan berangkat. Kami membentuk sebuah lingkaran,
berdoa, dan melakukan tos. Beberapa meter berjalan disambut dengan gerbang
Selamat Datang di Pendakian Merbabu Via Selo. Perjalanan dari basecamp menuju
Pos I masih biasa, ada tanjakan sih namun tidak terlalu menanjak. Terdapat
beberapa persimpangan yang bisa menyesatkan jalan, bahkan ada yang ke jurang.
Wow, perjalanan dari basecamp ke Pos I sangat
melelahkan, lebih dari lima kali kami berhenti untuk beristirahat. Lepas dari
Pos I, jalan mulai menanjak tajam dan licin. Jaket rangkap tiga yang aku pakai
pun masih kurang, masih terasa dingin sekali. Maklum lah tadi dijalan juga
kehujanan, dan sarung tangan juga basah. Salah satu temanku, Uut mengeluh capek
dan merasa sangat kedinginan, sampai di suatu tanah yang agak lapang kami berhenti
sejenak untuk menghangatkan diri.
Ya, kami memasak air dan membuat mie instan.
Saat itu pukul 04.00. Perjalanan berlanjut, satu jam berlalu kami berhenti dan
memutuskan untuk membangun tenda. Seharusnya masih di Pos II nanti kami akan
membangun tenda, tetapi salah satu teman kami Uut sudah kedinginan dan
dia meminta untuk istirahat dan membangun tenda saat itu. Saat tenda baru saja didirikan, Uut yang sedari tadi duduk diam ternyata jatuh pingsan. Betapa
paniknya saat itu, karena Uut sudah menggigil kedinginan dan ternyata dia tidak
kuat lagi. Dengan segala upaya kami berusaha menghangatkan tubuhnya sampai
akhirnya ia sadar kembali. Puji Tuhan.
Selfie di Camp Area |
Pemandangan di Camp Area |
Pemandangan di Camp Area |
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 dan kami
jelas melewatkan sunrise. Pagi itu di camp area masih berkabut. Ah sudahlah tak
apa, sekarang kita tidur dulu dari pada nanti kecapekan nggak bisa muncak, kata
seorang temanku. Pukul 09.00 kami semua bangun, sarapan sarden, lalu melanjutkan
perjalanan menuju puncak. Perjalanan dari Camp Area setelah Pos I menuju ke Pos
II sangat berat. Jalan licin dan amat menanjak, kanan jurang, kiri pepohonan
lebat. Aku sampai ingin membantingkan tenda yang aku bawa ke tanah karena
begitu beratnya. Tenda yang seharusnya ada tali untuk
mempermudah membawa tetapi itu tidak ada, jadi harus dibawa menggunakan dua
tangan. Kalo di bawa di atas carrier udah nggak mungkin lagi karena terlalu
berat. Keringat keluar dengan derasnya, nafas menjadi tidak teratur, udara
dingin.
Semangat!! Pos II, akhirnya sampai juga di Pos II. Kami beristirahat
agak lama disitu, tempat dimana rencana awal kami ingin membangun tenda. Disana
juga banyak pendaki lain yang sedang mendirikan tenda. Beranjak dari Pos II menuju Pos III, walaupun
badan sudah capek dan kaki pegel tetapi kami semakin bersemangat. Sudah semakin
dekat menuju puncak. Namun tepat sebelum Pos III, salah satu temen kami Lia
mengeluh sakit pada bagian kakinya dan memilih menyerah serta tidak ingin melanjutkan
perjalanan ke puncak.
Semua terdiam, bingung, dilema, di satu sisi
kami sudah sangat jauh melangkah dan ingin mencapai puncak, tetapi ada teman
kami yang sakit. Disitu kami terpaksa menghentikan perjalanan kami. Ya, tepat
sebelum Pos III. Disitu kami berhenti, beristirahat, makan, mengobati Lia yang saat itu kakinya sakit, mengabadikan moment dengan foto-foto sebelum akhirnya kami turun
sekitar pukul 12.00
Dari titik tertinggi yang bisa kami capai
tadi menuju basecamp kembali, kami tempuh sekitar empat jam. Kok cepet? Ya
memang seperti itu. Turun gunung tidak sama dengan naik gunung. Kalo turun
gunung agak sedikit berlari agar kaki tidak terlalu lama menahan karena
berjalan terlalu lama. Sampai di basecamp kembali sekitar pukul 16.00 dan satu
jam kami beres-beres persiapan pulang, lalu pulang kembali ke Jogja. Perjalanan pulang terasa cepat dan kami sampai Jogja pukul 21.00.
Walaupun nggak sampai puncak tapi aku tetap bangga, bisa menginjakkan kaki di gunung yang kata orang indah dengan sabana nya. Bisa menyatu dengan alam selama dua hari ini, bisa menyatu dengan teman-teman yang belum ku kenal sebelumnya. Terimakasih Tuhan, perlindunganMu sungguh luar biasa. Dengan mendaki gunung kita akan sadar betapa kecilnya kita dihadapan alam dan Tuhan.
Sampai jumpa kembali, Merbabu, ijinkan aku bertemu kembali denganmu esok hari nanti.
ciyee riko naik gunung :p
BalasHapusayok drey naik gunung lagi, kamu mah udah pengalaman bgt ya, aku baru sekali ini pun nggk sampe puncak hehehe
Hapus